Seniman S2 Itb Lulusan Gontor Berikan Hadiah Lukisan Untuk Ketua Dewan Pembina Pondok Modern Darul Falah Cimenteng

Seniman S2 Itb Lulusan Gontor Berikan Hadiah Lukisan Untuk Ketua Dewan Pembina Pondok Modern Darul Falah Cimenteng SENIMAN S2 ITB LULUSAN GONTOR BERIKAN HADIAH LUKISAN UNTUK KETUA DEWAN PEMBINA PONDOK MODERN DARUL FALAH CIMENTENG

Wildan Febry Akbar, seniman bandung lulusan S2 ITB, yang juga alumni Pondok Modern Gontor tahun 2005, ikut menyemarakan Hari Santri Nasional yang diadakan di Masjid Al Hamid Kompleks Pondok Modern Darul Falah Cimenteng Subang, Sabtu 23 Oktober 2022. Kang Wildan, begitu sapaan akrabnya, sudah malang melintang dalam dunia seni lukis. Mengikuti berbagai event pameran lukisan di berbagai kota di Indonesia dan luar negeri, serta menjadi kurator dalam beberapa pameran yang diselenggarakan seniman bandung.

Salah satu karyanya “Arjuna Silhouette” lolos seleksi bersama 105 seniman seluruh Indonesia dan dipamerkan di ajang Manifesto VIII di Galeni Nasional Indonesia Jakarta, 26 Juli sd 27 Agustus 2022.

Dalam kesempatan Hari Santri tersebut, Kang Wildan menyerahkan sebuah lukisan yang diberi judul : Nasehat Kyai. Dalam deskripsinya, lukisan tersebut terinsipirasi dari sebuah kata bijak (quote) yang disampaikan oleh KH Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern Gontor, dalam berbagai kesempatan pertemuan Forum Bisnis (Forbis) IKPM Gontor. Kata bijak tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Forbis H Agus Maulana, yang juga ketua dewan pembina Pondok Modern Darul Falah Cimenteng Subang kepada Kang Wildan. “Kaya Itu Penting, Tapi Jangan Yang Penting Kaya”, begitu ucapan KH Hasan Abdullah Sahal.

H Agus Maulana sangat mengapresiasi karya seni tersebut. Terlebih karya ini memiliki makna yang sangat mendalam. Dari lukisan tersebut kita merasakan betapa guru kita, kyai kita, dengan penuh kasih dan sayang, dengan segenap keikhlasan dan perhatian, mendidik dan mengajari kehidupan. Terlihat bagaimana sosok kyai memegang pundak santrinya dengan penuh kelembutan. Sementara santrinya digambarkan sebagai sosok yang tanpa baju, menggambarkan kepolosan, santri yang tidak memiliki kemampuan apa-apa, hanya mengandalkan semangat dan rasa hormat serta takdzim kepada guru dan kyai.

%d blogger menyukai ini: