KALA AGUS MAULANA YASLUK BIHIMMATIHIS SABILA

  • Reading Time: 6 mins
  • - view: 140

Anang Zamroni

“Usluk Bihimmatikas Sabil, Walaa Tasal Kaifas Sabil”. Itulah penggalan kata bijak yang disampaikan  kawan kita Ky. Muhammad Bahin sesaat sebelum memimpin doa di Dreamland. Sebuah mahfudzat yang pernah kita hapalkan bersama dan mungkin hingga kini masih segar dalam ingatan. Tentu, dengan kadar pemahaman dan pemaknaan yang berbeda diantara masing-masing kita.

Mahfudzat diatas memberi pesan bahwa kita harus segera menempuh bentang jalan yang semestinya jika ingin sukses dan jangan terlalu banyak bertanya bagaimana gerangan jalan itu, padahal kita belum melakukan apa-apa.

Senada dengan makna “Urip kui obah ” Ky. Bahin menambahkan yang berarti bahwa tanda hidup itu adalah bergerak. Maka teruslah dalam dinamika gerak positif demi memberi manfaat pada orang lain.

Kawan kita H. Agus Maulana sama sekali tak sedikitpun saya duga sebelumnya jika ia telah menempuh jalan sejauh itu. Bahwa ia mengejutkan kita semua dengan pesantren yang dirintisnya Pondok Modern Darul Falah Cimenteng Subang.

Belum terlalu lama memang untuk ukuran sebuah lembaga pendidikan. Hanya sekitar sewindu lalu. Namun saya benar-benar terkaget pada capaian dari pergerakan yang telah dilakukannya dalam henig sunyi siapkan generasi unggul.

Jujur saja, saya lebih mengenal diri H. Agus Maulana sebagai businessman dari pada seorang ustadz atau Kyai yang punya visi jauh tentang dunia pesantren masa depan. Bahkan saat ini ia kembali dipercaya lagi menjadi nahkoda kapal besar Forbis untuk kali kedua, sebuah wadah bagi para pengusaha alumni pondok modern Gontor, almamater kita tercinta.

Saya baru tahu jika ternyata H. Agus Maulana telah merintis pesantren hanya saat di Taqahnas di Lombok Juni 2024 tahun lalu itu saja. Saya belum mendengar  perihal pergerakan yang dilakukan dalam dunia pendidikan sebelum Taqahnas kita di Lombok. Itu pun juga, tanpa sengaja. Kebetulan waktu itu saya sedang ikutan nimbrung ngobrol dengan kawan-kawan yang duduk melingkar bersamanya.

Siang kala itu ia bercerita kepada kawan-kawan perihal pesantren yang sudah dirintis plus menyampaikan progress yang telah dicapai hingga waktu itu. Tak ragu saya pun langsung bertanya, “apakah benar Antum sudah merintis pesantren?” dimana dan dimodel ala bagaimana penyelenggaraannya termasuk mengadopsi kurikulum mana dan lain sebagainya? .

H. Agus Maulana pun menjawab pertanyaan saya dengan menjelaskan berbagai hal terkait, termasuk soal wakaf pesantren. Beberapa photo asrama dan gazebo pun ditunjukkan ke saya. Photo-photo yang ditujukan Agus menarik minat saya. Saya pun membatin, “Wah asyik nih tempat pondok rintisan Agus berada “.

Saat itu saya benar-benar diliputi rasa penasaran. Bukan tak percaya. Namun, bagaimana gerangan ia membagi waktu di tengah kesibukannya dalam menjalankan bisnis yang semakin berkembang dan maju tersebut. “Ah.. Suatu saat harus kesana untuk melihat sekaligus silaturahim”.

Senada dengan kandungan makna mahfudzat yang disampaikan Ky. Bahin di awal tulisan bahwa H. Agus Maulana ternyata sedari dulu telah memilki himmah dan tekad yang besar agar apa yang dimilikinya bisa “anfa’ linnas”. Bisnis hanya bagian dari sarana untuk bisa berbuat demi maslahat dalam skala lebih luas.

Al-kisah ternyata pada awal kali H. Agus Maulana beserta keluarga ingin mendirikan semacam balai pelatihan, untuk memberikan keterampilan bagi anak-anak yang menginginkan kerja dan diutamakan bagi yang memang tidak mampu kuliah.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, ia mencari lahan yang dinilai strategis untuk mewujudkan cita-citanya tersebut. Namun, belum ada lahan yang cocok dengan keluasan seperti yang diinginkan untuk balai pelatihan yang dimaksud.  Hingga suatu saat, ia sampai ke kawasan Cimenteng tersebut.

Singkat kata, H. Agus Maulana tak jadi mendirikan balai pelatihan. Tangan Allah benar-benar telah menggerakkan semuanya hingga akhirnya justru menentukan pilihan lain bagi Agus tentang jengkal yang harus diurus dan justru lebih luas jangkauan manfaatnya bagi banyak orang yakni pondok pesantren.

Himmah H. Agus Maulana dalam memberi manfaat kepada banyak orang dalam hidup akhirnya harus melalui jalur pendidikan pesantren. Ia pun bertekad untuk menempuh jalan itu dengan sepenuh hati. Bertanya kepada yang lebih tahu tentang dunia pesantren kepada siapa saja yang dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman lebih soal manajemen pesantren.

H. Agus  Maulana tak segan untuk berkunjung ke berbagai pondok yang dirintis oleh kawan-kawan yang sedang dan masih dalam tahap perintisan maupun yang sudah maju untuk belajar tentang banyak hal. Termasuk soal strategi langkah dan manajemen pesantren.  Namun, itu semua dilakukan H. Agus Maulana dengan senyap tanpa banyak pihak yang tahu.

Hasil dari berbagai kunjungan yang dilakukan, H. Agus Maulana pun mendapat banyak ilmu. Tak hanya itu, bahwa pengalaman dirinya yang telah sekian lama terjun di dunia bisnis memberi saham sangat besar terhadap pengelolaan pesantren yang dirintisnya di Cimenteng agar, memiliki nilai lebih dengan pengelolaan dan manajemen yang efektif.

Saya benar-benar terkaget saat menginjakkan kaki di Cimenteng, bahwa di usia Pondok Modern Darul Falah Cimenteng rintisan H. Agus Maulana yang baru menginjak sewindu usianya ternyata sudah sangat maju dengan progres dan  membuat saya benar-benar tercengang.

Bangunan dan gedung-gedung yang bagus dan kokoh, konsep tata ruang dengan perencanaan yang matang, masjid yang indah santri yang sudah banyak yang sudah lebih dari tiga ratus.

Untuk soal santri tak hanya jumlah santri yang banyak, namun kualitas santri yang benar-benar punya kualifikasi, baik kognisi, afeksi dan psikomotorik mereka. Setidaknya itu terlihat dari cara mereka berbicara, adab dan penampilan yang ditunjukkan selama kita berada disana.

Benar-benar  Maa Kuntu Ahsibu terhadap banyak hal. Tak pernah kita menyangka bahwa dibalik bukit nun jauh disana, di pedalaman yang jauh dari keramaian kota, generasi masa depan telah dididik dan disiapkan dengan baik oleh kawan kita. Tak pernah menyangka bahwa santri-santri di pedalaman dusun di Cimenteng tampil percaya diri melayani tamu dengan adab dan sopan santun yang sedemkian rupa. Tak penah menyangka jika para santri di balik bukit itu punya ghirrah belajar dan cita-cita tinggi bahwa suatu saat mereka ingin belajar ke luar negeri. Bahwa menurut kabar santri di balik bukti itu juga per hari ini sudah memiliki grup drumbband yang pernah tampil di Kabupaten. dst.

Di Pondok Modern Darul Falah Cimenteng alumni Country 92 bertajamuk untuk melepas rindu sekaligus belajar bersama tentang banyak hal. Tajammuk ini tak sekedar silaturahmi biasa, namun banyak silah yang bisa dirajut bersama, bersilah ukhuwah, bersilah muna wal amal, bersilah iqtishadiyah dan berilah segala hal yang bisa diwujudkan demi kebaikan bersama dalam rangka berta’awun satu dengan yang lainnya.

Entah, meski sempat meragu saat menyusuri jalanan sempit berkelok dan berlubang di beberapa ruasnya, adakah ini jalan benar-benar yang menuju lokasi pondok? Namun setelah tahu semuanya, kita merasa betah berada disana.

Jika saja suatu saat ada panggilan serupa untuk bertajamauk merajut kembali aneka silah tersebut diatas, meski panggilan itu hanya sayup dari PM Dafa Cimenteng yang terdengar dan menyelinap masuk di telinga agar kita datang lagi kesana, tak ragu kita pasti segera bergegas menuju kesana lagi demi belajar hal baru lainnya.

Semoga ada umur panjang untuk terus bisa saling berbagi dan tebarkan manfaat dan maslahat kepada sesama.

Aamiin. Semoga.

(Fil Qithor, Ma Baina Bandung wa Madiun, 27, Mei 2025)

Oleh: Tim Media Center PM Darul Falah

Official Team of Pondok Modern Darul Falah, Cimenteng, Media Center.