Oleh: Muhammad Husain Sanusi
Suasana Selasa pagi 11 Februari 2025 itu terasa berbeda di Pondok Modern Darul Falah Cimenteng, Subang, Jawa Barat. Udara segar mengalir lembut di antara lembah pegunungan dan rimbun pepohonan, membawa serta harapan dan semangat dari para tamu yang datang dari berbagai pelosok negeri.
Dari Subang, Bandung, Tasikmalaya, Bekasi, Jakarta, Solo, Yogyakarta hingga Ponorogo, Malang dan Mojokerto, mereka datang dengan hati penuh syukur, siap merayakan sewindu perjalanan sebuah pesantren yang dibangun di atas fondasi wakaf dan nilai-nilai kemandirian.
Puncak acara Tasyakur Milad dimulai dengan sakral. Di atas tanah yang kelak akan berdiri megah gedung serbaguna DAFATORIUM, sebuah batu pertama diletakkan. Simbol awal dari sebuah harapan besar. Dipimpin oleh Dr KH Zulkifli Muhadli, SH, MM, Ketua Forum Pesantren Alumni Gontor (FPAG), doa mengalir khusyuk, menyentuh hati setiap yang hadir. Seolah menggenggam erat janji perjuangan dalam melanjutkan estafet peradaban wakaf. Tatapan para pimpinan pondok yang hadir—dari Subang, Tasikmalaya hingga Yogyakarta, dari Mojokerto hingga Banten—memancarkan tekad dan kebersamaan.
Dipandu oleh Ketua Dewan Pembina Pondok Modern Darul Falah, H Agus Maulana, KH Anang Rikza Masyhadi, MA, PhD, selaku Sekjen FPAG sekaligus Pimpinan Pesantren Tazakka, Batang, mengawali Workshop Pesantren Wakaf dengan materi yang menggetarkan hati.
Ia bicara tentang dasar-dasar wakaf dan wakaf produktif, bukan sekadar konsep, tetapi sebuah kekuatan yang mampu menggerakkan peradaban. Dengan lantang, ia mencontohkan bagaimana Pondok Modern Darussalam Gontor, Pesantren Tazakka menjadi bukti nyata, dan bagaimana model wakaf di Mekkah, Madinah, serta Al-Azhar Mesir menjadi inspirasi.
Kiai Anang membeberkan kunci sukses dakwah yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, adalah berkolaborasinya antara ulama dengan saudagar. Keduanya saling menopang, mendukung satu sama lain dengan orientasi yang sama yakni membentuk peradaban Islami untuk meninggikan kalimatullah.
Semangat peserta semakin menggelora saat Dr KH Ahmad Suharto, SAg, MPd.I melanjutkan sesi kedua. Ia memaparkan perjalanan Pondok Modern Gontor sebagai pionir pondok wakaf yang mampu membangun sistem pendidikan holistik. Sebuah sistem yang bukan hanya mencetak generasi cerdas, tetapi juga mandiri dan berjiwa pemimpin. Setiap kata yang terucap seakan menghidupkan kembali sejarah panjang Gontor, menuntun Darul Falah untuk menapak jejak yang sama.
Setiap untaian kata yang dirangkai menjadi kalimat indah dari Kiai Ahmad Suharto menyihir seluruh peserta workshop, tanpa jeda peserta tak beranjak dari tempat duduk mendengarkan dengan seksama untaian narasi-narasi perjuangan para muassis pendiri Pondok Modern Gontor dalam berjuang.
Ketua Dewan Pembina Pondok Modern Darul Falah, H Agus Maulana, menyampaikan harapan yang begitu dalam, “Satu Abad Gontor, Satu Windu Darul Falah. Semoga kami bisa belajar dan mengikuti jejak Gontor dalam membangun peradaban wakaf.” Ucapannya mengalir lirih namun menggugah, mengajak semua yang hadir untuk menapaki jalan panjang penuh perjuangan dan keberkahan.
Sore harinya, para peserta diajak menjelajahi Dafa Dreamland, sebuah kawasan terpadu wakaf produktif seluas 25 hektare. Tempat ini bukan sekadar lahan kosong, tetapi sebuah Legacy Peringatan Sewindu Darul Falah yang dirancang untuk membangun kemandirian ekonomi pondok.
Peserta diajak bercengkrama menikmati indahnya alam pegunungan Subang sambil menyantap buah durian. Di sini, di Dafa Dreamland ketahanan pangan bukan hanya impian. Pertanian, perkebunan, peternakan, hingga area camping ground akan didirikan sebagai bukti nyata upaya berkelanjutan dalam mencetak generasi mandiri.
Saat melangkahkan kaki di tanah subur Dafa Dreamland, semangat terasa begitu hidup. Para tamu yang hadir disertai asatidz dan santri-santri Darul Falah terlihat sangat semangat, wajah-wajah mereka penuh harapan, seakan memahami betul bahwa masa depan peradaban wakaf akan tercipta dari tempat ini.
Namun yang terpenting adalah semangat kemandirian pesantren yang bukan sekadar kata-kata, tetapi nyata dalam setiap tetes keringat yang jatuh di tanah wakaf produktif ini.
Kiai Komaruddin, MPd, Pimpinan Pondok Modern Darul Falah, menutup acara dengan penuh rasa syukur. “Perjalanan sewindu ini adalah awal dari perjuangan panjang. Semoga keberkahan selalu menyertai langkah kami dalam berkhidmat di pondok wakaf ini.” Ucapannya menggema, seolah beresonansi dengan tanah wakaf yang dipijaknya.
Peringatan Sewindu Darul Falah bukan sekadar selebrasi usia. Ia adalah pengingat bahwa wakaf bukan sekadar amal, tetapi investasi peradaban. Di sini, nilai-nilai kemandirian, keberlanjutan, dan pendidikan holistik bersatu dalam harmoni. Darul Falah telah menunjukkan bahwa kekuatan wakaf mampu melahirkan generasi yang tak hanya cerdas, tetapi juga mandiri dan visioner.
Dan ketika matahari mulai condong ke barat, Darul Falah berdiri tegak, seolah berbisik kepada angin yang berhembus pelan, “Perjalanan ini baru dimulai.”