Oleh : Ustadz Anang Zamroni.
Hari kedua Tajammuk dan Sarasehan Country 92 tak kalah seru dari hari pertama. Dimulai saat usai shalat subuh kawan-kawan ngopi di depan kamar tempat menginap. Satu meja berisi empat sampai lima orang. Ngobrolin apa saja untuk melepas rindu dan berbagi pengalaman atau sekedar cerita ringan. Atau bahkan basa-basi perkenalan diri, sebab diantara mereka ada yang baru muncul, sebut saja Anwarudin Syueb dari Cirebon.

Pukul 07.00 kawan-kawan diajak oleh pembina dan penasehat PM Darul Falah Agus Maulana dan pengasuh Al-Ustadz Komarudin, M.Pd untuk berkeliling pondok. Kawan-kawan mengunjungi berbagai tempat, ruang dan bangunan, baik ruang kelas, asrama, perpus dan berbagai gedung yang sudah berdiri namun belum diresmikan. Termasuk berkeliling hingga ujung lahan pondok yang sudah dibangun pondasi untuk gedung serbaguna dan aula pondok.
Ustadz H. Agus Maulana menyampaikan bahwa sejatinya PM Darul Falah mempunyai rencana untuk memperluas komplek pondok namun terkendala berbagai hal, terutama pembebasan lahan yang belum menemukan kesepakatan harga antara pihak pondok dan pemilik tanah.
Di depan asrama putri itulah semua kawan Country 92 dan semua santri diajak berdoa memohon kepada Allah swt agar kiranya Allah mengabulkan permohonan dan niat baik kita agar pondok bisa mendapatkan lahan yang dibutuhkan demi tercukupinya ruang asrama dan infrastruktur lainnya. Kyai Omi pun didaulat untuk memimpin doa. Doa pun berlangsung dengan khidmat dan khusuk.



Usai berkeliling pondok, kawan-kawan sarapan pagi sebelum akhirnya mandi dan bersiap-siap untuk berkumpul kembali di aula disamping masjid. Saat menunggu dimulainya acara kawan-kawan yang sudah mandi berkumpul kembali, melingkar di meja dan saling berhadapan bercerita apa saja dalam suasana akrab penuh kehangatan.
Agenda utama di aula adalah mendengarkan paparan tentang kiat-kiat jitu untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi di luar negeri dengan beasiswa atau pun non beasiswa alias mandiri. Ahmad Hafifi yang selama ini bergerak di bidang bimbingan dan konsultan studi dan kuliah di luar negeri menyampaikan semua hal terkait dan menjawab semua pertanyaan yang berkembang tentang pokok bahasan dengan gamblang.
Usai acara di aula kawan-kawan diajak untuk menuju kawasan Dream land. Dream land adalah lahan seluas 12, 5 hektar dari 25 hektar yang dicita-citakan yang berada dai sebelah barat daya PM Darul Falah dan berhimpit dengan komplek pondok.
Lahan di perbukitan ini memang tengah diproyeksikan kedapan sebagai lahan perkebunan dan pertanian produktif yang terpadu dan diharapkan dapat menopang perekonomian pondok menuju kemandirian ekonomi PM. Darul Falah Cimenteng Subang yang terus berbenah.

Sebagai langkah awal pihak Pondok Modern Darul Falah telah mengundang alumni yang bergelut dalam bidang pertanian Agus Riyadi dari Ambarawa untuk membicarakan segala kemungkinan peluang demi menjadikan hamparan tanah yang ada sebagai lahan produktif dan benar-benar menghasilkan keuntungan secara ekonomi.
Sesuai arahan Agus Riyadi kini telah tertanam 400 pohon alpukat di sebagian jengkal lahan yang diharapkan bisa menopang perekonomian pondok.
Kedepan, tentu tak hanya sebatas menanam pohon-pohon yang menghasilkan keuntungan secara ekonomis. Namun pengembangan usaha diatas Dreamland harus merambah ke berbagai sektor lain seperti pertenakan, misal peternakan kambing, sapi, ayam petelor, puyuh dan lain-lain yang menghasilkan surplus bagi perekonomian pondok. Atau setidaknya untuk mencukupi berbagai kebutuhan pondok sendiri tanpa harus belanja ke pihak lain.
Saat meninjau kawasan Dreamland kawan marhalah Sofwan Rahman, seniman iconic Marhalah Country 92, yang kini bergelut dalam dunia konsultan, periklanan dan Strategic Planning menyampaikan gagasannya terkait lahan tersebut agar dapat dioptimalkan hingga perekonomian pesantren dapat berdaya sepenuhnya.



Sofwan R. menyampaikan bahwa program ketahanan pangan yang selalu digembar-gemborkan oleh pemerintah atau beberapa pihak tertentu, bahkan yang dijadikan program unggulan dalam meraih simpati publik, menurut Sofwan tidak lah benar adanya.
Menurut kawan kita asal Kuningan itu, sejatinya Indonesia tidak sedang krisis pangan. Namun, Indonesia tengah mengalami krisis gizi dan nutrisi sehingga tingkat IQ kita orang Indonesia tak beranjak dari angka 78. Lahan yang terhampar luas di Dreamland harus diupayakan melalui berbagai terobosan untuk bisa dumanufaktur sehingga bisa menghasilkan gizi dan nutrisi atau apa yang sedang dihadapi bersama oleh bangsa ini.
Lebih dari itu Sofwan menyampaikan tentang pentingnya olah lahan tersebut, bahwa kekayaan sumber daya alam yang sesungguhnya bukan yang berada di kedalaman perut bumi. Sebab, bahwa itu semua kelak akan habis dalam waktu dekat. Namun kekayaan alam yang sesungguhnya justru yang berada diatas bumi berupa lahan subur yang tak akan habis untuk kita olah dengan ramah dan dapat memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan sepanjang waktu.
Dreamland milik pondok modern Darul Falah adalah aset berharga demi ikut dan turut membantu generasi anak bangsa dalam meningkatkan gizi mereka. Bahkan jika pihak PM Darul Falah bisa memanufaktur Dreamland ini sebaik mungkin, perekonomian pondok pun akan mapan dan dapat mencapai kemandiriananya.
Sofwan meski tampil dalam waktu sangat singkat namun memberi efek sangat mendalam kepada semua yang hadir bagaimana menjadikan Dreamland menjadi sumber daya alam yang produktif dan berdampak ekonomi panjang. Berbagai wawasan yang ditularkan dan penegasan Sofwan tentang rencana program “Manufactoring Dreamland” mendapat tepuk tangan meriah dari hadirin.
Di penghujung acara Ky. Bahin didaulat untuk memimpin doa Tajammuk Country 92 di Dreamland tersebut. Namun sebelum memulai doa, Ky. Bahin menyampaikan testimoninya selama mengikuti rangkaian acara sarasehan yang sangat menginspirasi ini. Tak hanya Tajammuk dan Sarasehan biasa namun acara di PM Darul Falah kali ini benar-benar sangat padat inspirasi, kaya wawasan, banyak suntikan semangat baru dan terbukanya peluang demi peluang kerja sama antar lembaga dan berbagai hal lain positif lainnya yang bisa dikembangkan di masa depan.
Acara diakhiri dengan makan siang di tempat sebelum akhirnya kawan-kawan berpamitan pulang menuju tempat asal masing-masing. Beberapa ada kawan yang kembali ke pondok untuk shalat dan mengambil barang-barang mereka.
Sepanjang jalan menuju mobil saya mendengar gemeremang kawan-kawan yang mengatakan.
“Wah ini sich bukan Tajammuk biasa.” Tajammuk kali ini adalah Tajammuk yang benar-benar mengenyangkan. “Syabi’na dhohiran wa batinan. Nahnu Nasyba’ Jiddan Min Haitsul Bathn, Wal Batin, Wal Aql, Wat Tafkir,
Luar biasa..

Terimakasih atas undangan Tajammuk dan sarasehan di PM Darul Falah Subang, juga Terima kasih atas kehadiran kawan-kawan dari berbagai penjuru.
Entah mengapa Tajammuk Country 92 selalu berbeda. Dan kita memang beda dari Marhalah lainnya, Selalu saja ada rindu dendam yang sedemikian menggoda dan ingin segera ditumpahkan dan dituntaskan bersama saat bersua.
Biarkan saja TR yang belum mau bergabung dan masih saja termangu di kejauhan sana. Nampaknya ia masih punya tanggungan mencuci lima bola kaki yang akan digunakan dalam pertandingan esok hari. Biarkan saja jika ia masih ingin menikmati cintanya pada bola hingga di usia senjanya kini..
Salam Kompak Countryun 92