Oleh : Khoirul Fata (Dosen UNIDA Gontor)
Tidak banyak yang tahu, ternyata K.H Imam Zarkasyi (salah satu dari tiga pendiri dan pengasuh Gontor) berpangkat Mayor. Dalam situs NU-Online, Alm.K.H Slamet Effendi Yusuf, (mantan Waketum PBNU) melangsir beberapa nama ” santri ” perwira TNI yang berpangkat Mayor. Diantara nama perwira tersebut ada nama Mayor K.H Zarkasi (Ponorogo).
Siapakah Mayor. K.H Zarkasi asal Ponorogo tsb ? Sosok itu tidak lain adalah K.H Imam Zarkasyi (pengasuh Gontor). Pangkat tersebut diperoleh saat Kyai Zar terlibat aktif dalam pelatihan laskar Hizbullah. Peran Kyai Zarkasyi dalam laskar Hizbullah dapat ditela’ah di beberapa sumber tertulis, antara lain di biografi ” K.H Imam Zarkasyi Dari Gontor “, dan kesaksian dua tokoh mantan komandan laskar Hizbullah, K.H Yusuf Hasyim Tebuireng dan K.H Muslich Banyumas, di buku ” K.H Imam Zarkasyi Di Mata Umat “.
Selain dua sumber di atas, nama Kyai Zarkasyi masih tercantum dalam buku-buku dan jurnal ilmiah bertema sejarah laskar Hizbullah. Di website pencarian, ” sejarah dan tokoh laskar Hizbullah “, nama Kyai Zarkasyi selalu muncul, walau tidak ditulis full nama lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa sejarah laskar Hizbullah tidak bisa dipisahkan dari peran Kyai Zar.
Peran Kyai Zar dalam laskar Hizbullah cukup vital, selain terlibat dalam perumusan, Kyai Zar juga diamanahi sebagai pengurus pusat gerakan laskar Hizbullah. Dalam struktur pengurus pusat, Kyai Zar diamanahi sebagai penanggung jawab bagian pendidikan dan pengajaran calon komandan laskar Hizbullah. Selain Kyai Zar, ada K.H Zainul Arifin (dari NU) sebagai ketua, Moh. Roem (dari PSII) sebagai wakil ketua, Anwar Cokroaminoto, K.H Wahid Hasyim, K.H Wahab Hasbullah (penasehat politik) dll.
Sesuai kedudukannya sebagai kepala bagian pendidikan dan pengajaran laskar Hizbullah, yang pertama-tama dilakukan K.H Imam Zarkasyi adalah menyusun kurikulum pendidikan dan pengajaran para calon perwira laskar Hizbullah. Ia lakukan hal itu di bulan Februari 1945.
Latihan pertama laskar Hizbullah dipusatkan di pinggir hutan desa Sarang Kec. Cibarusa, Bekasi. Diikuti oleh 500 pemuda dan santri dari seluruh wilayah Jawa. Dipilihnya hutan Cibarusa selain dekat dengan pusat kekuatan militer Jepang, juga adanya peran K.H R. Ma’mun Nawawi (Ulama Cibarusa) yang secara emosional dekat dengan Kyai Hasyim Asy’ariy dan Kyai Wahid Hasyim.
Pelatihan memakan waktu 2 bulan lebih. Selama dua bulan itu, para calon komandan mendapat gemblengan fisik, mental dan spiritual dari para pelatih, mulai pagi sampai petang. Latihan dimulai dengan lari pagi, kemudian apel dan gerak badan ala Jepang (taiso), baris berbaris, basic militer, perang gerilya bahkan pelatihan membuat bahan peledak. Materi fisik dan basic militer ini diampu langsung oleh perwira Jepang dibantu oleh para perwira Peta.
Di malam harinya, para peserta menerima gemblengan rohani spiritual oleh barisan mursyid dari ulama-ulama pilihan, diantaranya Kyai Wahid Hasyim (Tebuireng), K.H Imam Zarkasyi (Gontor), K.H Mustofa Kamil (Singaparna), K.H Mawardi dan K.H Tohir Dasuki (Solo), K.H Abdul Halim (Majalengka), K.H Syahid (Kediri), K.H Mursyid (Pacitan) dll.
Kyai Zar tampil totalitas selama pelatihan Hizbullah, baik sebagai kepala pendidikan maupun sebagai pengajar. Kyai Muslich (mantan komandan Hizbullah Banyumas, tokoh NU, pengasuh PP. Al-Hidayah Karangsuci Banyumas), menuturkan bahwa Kyai Zar merupakan figur yang netral, mengayomi semua tanpa membeda bedakan latar kelompok atau ormas para peserta. Bahkan, menurut Kyai Muslich, kuliah-kuliah agama Kyai Zar menjadi salah satu kuliah yang paling mengesankan bagi 500 peserta. Kebesaran hati Kyai Zar ini lah, yang menjadi teladan Kyai Muslich dalam menjalankan amanah kepemimpinan di kemudian hari.
Kesan yang sama tentang Kyai Zar juga dirasakan oleh K.H Yusuf Hasyim (Gus Ud), putra bungsu Kyai Hasyim Asy’ari. Gus Ud, menggambarkan Kyai Zar sebagai figur yang istiqomah dan penuh disiplin. Sempat terdetik dalam hati Gus Ud (seusai pelatihan Hizbullah), untuk belajar lebih dalam kepada Kyai Zar di Gontor. Niat Gus Ud nyantri di Gontor terealisasi di tahun 1948, namun karena situasi masih darurat perang, Gus Ud dipanggil kembali ke satuan militer untuk memimpin pasukan.
Walau demikian, ikatan batin Gus Ud dengan Kyai Zar tetap terjalin dengan baik. Beberapa kali Gus Ud mengunjungi Gontor untuk ngangsu kaweruh kepada Kyai Zar. Bahkan ketika Kyai Zar dan Kyai Sahal ditawan PKI tahun 1948, Gus Ud dan Pak Kholik (Hizbullah Ponorogo) berperan besar membebaskan Kyai Zar dan Kyai Sahal dari pasukan PKI.
Seusai pelatihan Cibarusa ditutup oleh K.H Hasyim Asy’ariy, para peserta kembali ke wilayah masing-masing dengan status resmi sebagai komandan wilayah. Sesuai arahan pengurus pusat, para komandan daerah serentak membuka pelatihan militer bagi anggota baru Hizbullah. Sontak saja, berita perekrutan anggota baru Hizbullah disambut dengan penuh suka cita oleh para pemuda dan santri. Banyak pesantren yang sebelumnya fokus pada kajian kitab kuning, berubah menjadi barak-barak militer, seperti Lirboyo, Tebuireng, Seblak, Rejoso, Gontor dll. Mereka dilatih fisik dan mentalnya layaknya pasukan siap tempur, mengikuti pola pelatihan yang digariskan oleh Kyai Zar di Cibarusa.
Sejak dibukanya pelatihan Hizbullah bagi anggota baru, jumlah anggota laskar Hizbullah naik secara signifikan, dari yang semula berjumlah 500, berubah dratis menjadi 50.000 menurut catatan Suryanegara, bahkan sampai pada angka 300.000 menurut catatan Van Dijk.
Uniknya, walau gemblengan laskar Hizbullah per daerah dilatih oleh para alumni Cibarusa, namun kwalitas anggota laskar di daerah tidak jauh beda seperti seniornya, berani dan militan. Terbukti, di beberapa daerah pasukan Hizbullah banyak terjun langsung dalam gerakan perlawanan terhadap pasukan penjajah, diantaranya pelucutan senjata tentara Jepang di beberapa daerah, juga terlibat sejumlah pertempuran fisik melawan tentara sekutu, seperti Bandung Lautan Api, Palagan Ambarawa, pertempuran 5 hari Semarang, Jihad 10 November di Surabaya, pertempuran Malang dll.
Setelah laskar Hizbullah dilebur dalam kesatuan TNI, tidak sedikit dari alumni Cibarusa dan laskar daerah melanjutkan karir militernya di TNI, juga mengisi jabatan strategis di pemerintahan. Pun tidak sedikit pula, yang kembali mengabdikan diri sebagai guru di pesantren mendidik kader-kader yang siap memimpin umat pasca kemerdekaan. Termasuk Kyai Zar sendiri, sang guru para komandan Cibarusa, beliau memilih menyepi dalam heningnya kampung nan damai Gontor, menggembleng ribuan santri militan yang siap terjun di kancah umat sebagai ‘mundzirul qoum’.
disarikan dari berbagai sumber :
K.H Imam Zarkasyi Dari Gontor
K.H Imam Zarkasyi Di Mata Umat
Biografi K.H Abdul Wahab Chabullah – Chairul Anam
Perjuangan Laskar Hizbullah Di Jawa Timur – Isno Kayis
https://www.nu.or.id/nasional/inilah-perwira-tni-didikan-hizbullah-oZRkw