In Memoriam Surya Lesmana

  • Reading Time: 3 mins
  • - view: 973

Oleh Agus Maulana, Ketua Dewan Pembina Pondok Modern Darul Falah Cimenteng

Usianya masih muda, namun dedikasinya telah menggoreskan jejak abadi di hati banyak orang. Surya Lesmana, sang maestro drumband, telah berpulang ke rahmatullah. Beliau meninggal dunia di Pesantren Arrisalah, Lubuk Linggau, pada Rabu, 4 Desember 2024. Sebuah akhir perjalanan yang begitu lekat dengan tempat yang paling dicintainya: pesantren.

Pesantren adalah rumah utama bagi Surya Lesmana. Sejak lulus dari Pondok Modern Gontor pada tahun 2000, hampir seluruh hidupnya ia abdikan untuk berkeliling dari satu pesantren ke pesantren lainnya di berbagai pelosok Indonesia. Keahliannya dalam melatih drumband menjadikannya sosok rujukan. Mulai dari Gontor, Tazakka, Al-Ikhlas Taliwang, hingga pesantren-pesantren lainnya, almarhum telah meninggalkan jejak berupa ritme kehidupan yang penuh semangat. Hingga napas terakhirnya, beliau tetap berada dalam pengembaraan penuh cinta di Sumatera Selatan.

Saya pertama kali diperkenalkan kepada Surya oleh Ustadz Ali Rahman, seorang sahabat asal Bandung. Saat itu, saya tengah mencari pelatih drumband untuk para santri Pondok Modern Darul Falah Cimenteng, Subang. Ketika bertemu untuk pertama kalinya, saya dikejutkan oleh fakta bahwa Surya Lesmana adalah seorang sarjana di bidang drumband. “Ini makhluk langka,” pikir saya saat itu. Betapa tidak? Sejak masa di Gontor, Surya telah aktif berlatih drumband. Tak cukup sampai di situ, ia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil jurusan musik, khususnya spesialisasi drumband. Keputusan ini mencerminkan kecintaannya yang mendalam terhadap seni dan kontribusinya untuk dunia pesantren.

Baca juga sebelumnya : 

Dengan semangat pantang menyerah dan ketekunannya, Surya Lesmana membawa Pondok Modern Darul Falah Cimenteng memiliki tim drumband yang kini menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler unggulan. Ia tak hanya melatih, tetapi juga memberikan masukan berharga terkait pengembangan serta pengadaan alat yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing pondok. Dedikasi ini membuktikan kepedulian Surya yang tak terbatas pada sekadar melatih, tetapi juga membangun pondasi yang kokoh bagi generasi penerus.

Kesederhanaan adalah salah satu ciri khas Surya. Dalam setiap langkahnya, ia tampil apa adanya, tetapi membawa kepedulian yang luar biasa. Jadwalnya selalu penuh, dipesan jauh-jauh hari oleh pesantren-pesantren yang ingin merasakan sentuhan magisnya. Untuk satu kali pelatihan, Surya bisa tinggal di pondok selama satu hingga dua bulan. Bahkan, istri dan kelima anaknya seringkali ia bawa serta. Mereka setia menemani, menjalani kehidupan sederhana bersama sang ayah yang begitu total dalam menebar kebaikan.

Kini, kelima anak almarhum harus kehilangan sosok ayah yang begitu menginspirasi. Namun, semoga salah satu dari mereka kelak akan meneruskan bakat dan semangat ayahnya. Kiprah Surya Lesmana dalam membangun dan menyebarkan manfaat di dunia drumband pesantren adalah warisan tak ternilai. Ia telah menghidupkan irama semangat yang akan terus bergema di hati banyak orang.

Selamat jalan, Ustadz Surya Lesmana. Kami bersaksi bahwa jejak kebaikan Anda akan menjadi pelita, penolong di hadapan Sang Khaliq. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada Anda dan memberikan kekuatan kepada keluarga yang ditinggalkan. Al-Fatihah.